Selasa, 12 September 2017

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN



Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan merupakan gambaran mengenai tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dan tata cara melaksanakan pekerjaan tersebut. Penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan harus didasari oleh pemahaman yang cukup terhadap lingkup pekerjaan yang akan dilakukan. Lingkup pekerjaan mengarah pada 2 (dua) aspek, yaitu aspek lokasi (Wilayah) pekerjaan dan Aspek Substansi pekerjaan.
Pemahaman terhadap aspek lokasi (wilayah) meliputi pemahaman terhadap lokasi tapak bangunan khususnya menyangkut aksesilibitas menuju lokasi pekerjaan, kondisi fisik wilayah lokasi pekerjaan serta kondisi sosial pada lokasi pekerjaan. Selain itu, pemahaman terhadap faktor luasan area tapak bangunan merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan layout bangunan sementara.
a.       Faktor Aksesibilitas
Faktor Aksesibilitas menyangkut tingkat kesulitan dan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi pekerjaan. Kadang-kadang pekerjaan berada pada lokasi yang tidak dapat dilalui kendaraan sehingga material harus diturunkan ditempat tertentu dan diangkut lebih lanjut menuju lokasi pekerjaan. Pemindahan material menuju lokasi pekerjaan dapat dilakukan menggunakan Gerobak dan/atau menggunakan tenaga manusia. Dengan demikian, faktor aksesibilitas akan berpengaruh pada aspek biaya dan waktu yang diperlukan untuk pengadaan bahan bangunan.

b.      Faktor Fisik wilayah
Faktor fisik Wilayah merupakan gambaran kondisi topografi dan morfologi lokasi dan wilayah sekitar lokasi pekerjaan. Lokasi pekerjaan yang berada daerah yang terjal atau bertebing atau berada disekitar aliran sungai memerlukan perlakuan khusus terutama pada aspek keselamatan kerja dan aspek peralatan bantu pendukung pelaksanaan pekerjaan. Pada Pekerjaan yang berhubungan atau berada disekitar aliran sungai, faktor fisik wilayah menjadi penting karena berpengaruh langsung terhadap biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

c.       Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menyangkut kondisi lingkungan hidup dalam pengertian aspek alam dan kondisi lingkungan sekitar lokasi dalam pengertian aktifitas. Faktor lingkungan hidup berkaitan dengan ketentuan yang tertuang dalam dokumen Amdal dan/atau UKL-UPL terkait pekerjaan dimaksud atau masalah kesadaran atas potensi kerusakan lingkungan hidup sekitar lokasi pekerjaan. Misalnya pembuangan air bekas cucian beton molen tidak menyebabkan terjadinya pendangkalan pada sistem saluran air.
Pemahaman terhadap Faktor lingkungan berhubungan dengan utilitas yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Penanganan utilitas perlu dilakukan terlebih dahulu agar tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan.
Faktor lingkungan dalam pengertian aktifitas menyangkut bertambahnya jumlah aktifitas akibat adanya kegiatan pekerjaan bangunan. Peningkatan aktifitas akan menyebabkan berkurangnya ruang gerak sehingga berpotensi menghambat kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Contoh sederhana akibat Berkurangnya ruang gerak adalah meningkatnya kepadatan lalu lintas yang dapat menyebabkan kemacetan yang berujung pada keterlambatan pengiriman material. Dalam kasus tertentu, waktu pelaksanaan pekerjaan harus menyesuaikan dengan waktu aktifitas pada lokasi pekerjaan karena pekerjaan berhubungan dengan ruang kerja atau pekerjaan dikerjakan pada bangunan/gedung yang digunakan untuk kegiatan rutin, misalnya pekerjaan interior atau rehabilitasi gedung.

d.      Faktor Sosial
Faktor sosial menyangkut perilaku masyarakat dalam berinteraksi dalam komunitasnya, diantaranya menyangkut karakter, kebiasaan, tradisi dan sebagainya.
Aspek Substansi pekerjaan merupakan pemahaman terhadap lingkup keseluruhan pekerjaan. Pemahaman terhadap substansi pekerjaan dimulai dari pemahaman terhadap uraian jenis-jenis pekerjaan, gambar teknis, urutan/tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan teknis pelaksanaan setiap jenis pekerjaan. Pemahaman terhadap substansi pekerjaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       Uraian Jenis Pekerjaan
a.       Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan terdapat pada daftar kuantitas dan harga yang memuat Uraian Pekerjaan, Satuan, dan Volume serta harga satuan masing-masing jenis pekerjaan.
b.      Kebutuhan Material
Kebutuhan material diperoleh berdasarkan perhitungan antara volume pekerjaan terhadap koefisien Material pada analisa harga satuan pekerjaan.
c.       Kebutuhan Peralatan
Kebutuhan Peralatan diperoleh berdasarkan perhitungan antara volume pekerjaan terhadap koefisien Peralatan pada analisa harga satuan pekerjaan.

2.       Gambar teknis
a.       Gambar Baku/Standar
Gambar standar adalah gambar teknis baku untuk jenis pekerjaan tertentu, misalnya pada pekerjaan penulangan beton struktur.
b.      Gambar Rencana
Gambar rencana adalah gambar teknis berdasarkan interpretasi konsultan perencana terhadap hasil akhir bangunan yang diinginkan dengan memperhatikan standar teknis yang berlaku serta perhitungan-perhitungan yang menyertainya.
c.       Gambar Kerja
Gambar kerja atau Shop Drawing merupakan gambar yang menjadi pegangan kontraktor pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan. Gambar rencana adalah gambar rencana yang telah disesuaikan kondisi aktual di lapangan atau berdasarkan hasil Mutual Check 0% dan/atau FE (Field Estimate).

3.       Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
a.       Pekerjaan Simultan (Finish to Start )
Urutan Pekerjaan Simltan adalah uraian mengenai suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan jika pekerjaan sebelumnya sudah selesai. Contohnya, Perkerasan Beton pada jalan baru dapat dilaksanakan jika pekerjaan lean concrete sudah dinyatakan selesai.
b.      Pekerjaan Paralel (Start to Start)
Pekerjaan Paralel adalah pekerjaan yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan pekerjaan lain. Misalnya, pekerjaan pabrikasi bekisting dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pabrikasi tulangan beton.

4.       Jadwal Pelaksanaan
a.       Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal Pelaksanaan pekerjaan merupakan gambaran yang mencerminkan hubungan antara pelaksanaan tahapan-tahapan pekerjaan dengan jangka waktu penyelesaian pekerjaan. Besaran setiap tahapan dikonversi menjadi bobot pekerjaan yang merupakan perbandingan antara nilai tahapan atau item pekerjaan dengan nilai seluruh pekerjaan. Selanjutnya Bobot tahapan pekerjaan dibagi sesuai satuan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, umumnya minggu. Hubungan antara waktu pelaksanaan terhadap bobot pekerjaan digambarkan dalam bentuk Kurva S.


b.      Jadwal Penyediaan Material
Korelasi antara komponen bahan pada analisa harga satuan pekerjaan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan menghasilkan jadwal penyediaan material. Jumlah dan jenis material yang diperlukan untuk setiap satu satuan waktu pada jadwal pelaksanaan diperoleh dengan cara membandingkan volume pekerjaan terhadap bobot dan koefisien bahan pada analisa harga satuan pekerjaan. Jadwal penyediaan Material digambarkan dalam bentuk Bar-chart.
c.       Jadwal Penggunaan Alat
Jadwal penggunaan alat berkaitan dengan jadwal mobilisasi dan demobilisasi. Jadwal penggunaan alat disusun berdasarkan korelasi antara jadwal pelaksanaan dan kebutuhan alat pada setiap item pekerjaan pada analisa harga satuan pekerjaan. Jadwal Penggunaan Alat digambarkan dalam bentuk Bar-chart.
Penggunaan peralatan harus memperhatikan status dan kondisi peralatan agar dapat digunakan secara maksimal dan tidak menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.

5.       Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan meruakan deskripsi prosedur pengerjaan suatu jenis pekerjaan. Informasi yang tertuang pada metode pelaksanaan setiap Jenis pekerjaan meliputi :
a.       Jenis Pekerjaan
b.      Volume Pekerjaan
c.       Waktu Pengerjaan
d.      Waktu Pelaksanaan
e.      Lingkup Pekerjaan
f.        Tenaga Kerja
g.       Bahan
h.      Peralatan
i.         Spesifikasi Teknis / Standar Teknis
j.        Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan/Urutan Pengerjaan
k.       Aspek K3
l.         Aspek Lingkungan Hidup / AMDAL/UKL-UPL Konstruksi
Aspek manajerial proyek merupakan bagian yang dapat mendukung terlaksananya pekerjaan dengan baik. Aspek ini umumnya ditunjukkan dalam bentuk struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang menggambarkan hierarki, garis komando dan garis kordinasi antar bagian dan/atau personal yang terlibat langsung dan tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan pekerjaan. Struktur Organisasi sekurang-kurangnya memuat pihak Pemilik/Pengguna Jasa, Penyedia Jasa, dan pelaksana lapangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar